Budaya
merupakan aspek penting yang menunjukkan jati diri dan identitas suatu bangsa.
Oleh karena itu, pemeliharaan atas kebudayaan yang ada pada sebuah negara
merupakan keharusan bagi setiap warga negara tersebut. Begitupun kita sebagai
warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan aneka ragam budaya yang begitu
luar biasa. Saking banyaknya budaya yang dimiliki oleh negara Indonesia
dibandingkan dengan negara lain, dan lemahnya pemerintah melalui instansi
terkait dalam mengorganisir budaya yang ada, membuat kekayaan kekayaan budaya
Indonesia itu sendiri menjadi rentan untuk diakui atau di klaim oleh negara
lain. Hal ini tentunya sungguh sangat disayangkan.
Tugas untuk
menjaga dan memelihara budaya sudah barang tentu bukan hanya tugas pemerintah
melalui instansi terkaitnya saja, tetapi itu semua merupakan tugas kita bersama
sebagai warga negara Indonesia yang baik. Ada atau tidak negara lain yang
mengklaim kebudayaan kita seharusnya kita tetap aware dan care untuk
memperhatikan bahkan kalau bisa berusaha untuk mendalami berbagai kebudayaan
kita yang ada.
Sebagaimana
yang kita ketahui bahwa di negara kita tercinta ini banyak sekali berbagai
bentuk kebudayaan dan tradisi, baik yang berbentuk alat musik, cerita rakyat,
makanan dan minuman, motif kain, musik dan lagu, naskah kuno dan prasasti,
ornamen, pakaian tradisional, permainan tradisional, produk arsitektur, ritual,
seni pertunjukan, senjata dan alat perang, tarian, tata cara pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan serta berbagai macam kebudayaan lainnya.
Secara
pribadi tentunya saya tidak mungkin bisa untuk menyebutkan satu persatu dari
setiap kebudayaan yang ada di berbagai penjuru nusantara yang dimiliki oleh
negara kita Indonesia tercinta ini. Namun pada kesempatan yang berbahagia ini,
sebagai wujud kecintaan saya terhadap tanah kelahiran saya yaitu Kuningan Jawa
Barat, maka saya akan sedikit memaparkan tentang kebudayaan-kebudayaan asli
dari daerah tersebut.
KEBUDAYAAN
ASLI DAERAH KUNINGAN
Kuningan
merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Jawa Barat bertetanggaan
dengan Kabupaten Cirebon. Kabupaten Kuningan terletak persis di sekitar kaki
gunung Ciremai yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat, dengan ketinggian
kurang lebih 3078 M di atas permukaan laut. Sebagai kabupaten yang terletak di
bawah kaki gunung, Kuningan tentunya memiliki suasana udara yang cukup sejuk
dikelilingi oleh pemandangan indah dengan hamparan pesawahan yang terletak di
mana-mana. Sebagaimana daerah lainnya, Kuningan juga tentu memiliki
budaya-budaya asli daerahnya dengan bentuk yang berbeda-beda, seperti berikut
ini:
Upacara
Seren Taun
Seren Taun
merupakan kata dalam Bahasa Sunda yaitu seren yang artinya serah,
seserahan, atau menyerahkan, dan taun yang berarti tahun. Jadi Seren
Taun bermakna serah terima tahun yang lalu ke tahun yang akan datang sebagai
penggantinya. Dalam konteks kehidupan tradisi masyarakat Sunda, seren tahun
merupakan wahana untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala hasil
pertanian yang dilaksanakan pada tahun ini, seraya berharap hasil pertanian
mereka akan meningkat pada tahun yang akan datang.
Di Kuningan
upacara ini biasanya dilakukan oleh penduduk Desa Cigugur Kecamatan Cigugur
Kabupaten Kuningan, namun berdasarkan sebuah sumber ternyata upacara ini tidak
hanya dilakukan di desa tersebut saja melainkan juga dilakukan di Desa
Ciptagelar, Cisolok Kabupaten Sukabumi, selain itu juga dilakukan di Desa Pasir
Eurih Bogor, Desa Kenekes Lebak Banten, dan juga Kampung Naga Tasikmalaya.
Tari Buyung
Tari buyung
merupakan tarian khas masyarakat Cigugur Kabupaten Kuningan. Tari buyung ini
memiliki keterkaitan erat dengan upacara seren taun yang telah saya kemukakan
di atas, hal ini karena tarian ini merupakan terian utama dalam upacara seren
taun di Desa Cigugur Kuningan Jawa Barat. Tarian ini menceritakan tentang
gadis-gadis desa Cigugur yang sedang mengambil air ke sungai.
Upacara/Tari
Cingcowong
Cingcowong
pada zaman dulu merupakan salah satu upacara ritual untuk meminta hujan.
Upacara ini dilakukan pada saat musim kemarau panjang + 3 bulan. Tradisi
awal Cingcowong atau upacara ritual ini dipercayai oleh masyarakat khususnya
Kecamatan Luragung Kabupaten Kuningan, setiap datang kemarau upacara ritual
Cingcowong selalu dilaksanakan agar lahan pertanian mereka terhindar dari
kemarau dan segera turun hujan.
Saat ini,
untuk melestarikan seni cingcowong Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Kuningan mencoba membuat satu tarian Cingcowong dan tarian ini merupakan salah
satu usaha agar tidak menjadi punah. Pada pertunjukannya yaitu cingcowong tidak
lagi sebagai seni ritual tetapi sudah dikembangkan dan diangkat menjadi seni
pertunjukan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sampai sekarang seni
tari Cingcowong berkembang dan sering ditampilkan pada acara-acara seremonial
baik kebutuhan menyambut tamu pemerintah dan acara hiburan lainnya.
Perguruan
Silat Bima Suci
Bima Suci
merupakan kepanjangan dari Bina Manusia Sukses Cita-cita. Perguruan silat Bima
Suci pada awalnya merupakan sebuah perguruan silat yang bernama Perguruan
Pencak Sinar Ciremai, yang didirikan oleh Alm. Bapak Madsaleh sejak tahun 1932.
Perguruan Silat Bima Suci sendiri mulai diresmikan dan berdiri pada tanggal 15
Januari 1973. PS Bima Suci didirikan dan diresmikan serta dikembangkan oleh
muridnya Alm. Bapak Madsaleh yang bernama Rudianto, BA yang merupakan salah
seorang pengajar di SMAN 3 Kuningan pada masa tersebut.
Berkat
kegigihan para anggota PS Bima Suci dan atlit-atlitnya untuk mengembangkan
silat tersebut, akhirnya PS Bima Suci bisa berdiri kokoh dan menyabar di
Kabupaten Kuningan. Saat ini PS Bima Suci bahkan sudah menjadi salah satu
Perguruan Silat ternama di Indonesia bahkan sudah berkembang hingga ke berbagai
negara di Asia Tenggara.
Batik
Paseban
Indonesia
sangat kaya dengan berbagai jenis motif batik yang berasal dari berbagai
daerahnya. Salah satu jenis batik yang terkenal dan berasal dari daerah
Kuningan yaitu batik Paseban. Batik ini secara umum berasal dari daerah Cigugur
Kuningan.
Kehadiran
Batik Paseban Cigugur merupakan satu fenomena menarik untuk dikaji. Batik
Paseban Cigugur telah dirancang dalam enam tahun terakhir ini di sebuah pusat
pengembangan budaya Cagar Budaya Nasional Gedung Paseban Tri Panca Tunggal
Cigugur. Konsep batik Paseban Cigugur diambil dari sebagian relief dan seni
ukir khas yang terdapat di Paseban Tri Panca Tunggal yang juga merupakan seni
relief dan ukir klasik yang sarat dengan nilai filosofi. Batik paseban sendiri
dalam pengembangannya memiliki beberapa motif yaitu: Sekar Galuh, Oyod
Mingmang, Mayang Segara, Adu Manis, Rereng Pwah Aci, Geger Suten dan Rereng
Kujang. Setiap motif batik tersebut memiliki makna sesuai dengan filosofinya
masing-masing.
Situs Musium
Taman Purbakala Cipari
Taman
Purbakala Cipari tepatnya berada di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Jawa
Barat. Kawasan ini merupakan kawasan situs peninggalan jaman purbakala yang ada
di daerah Kuningan. Selain Cipari, setidaknya ada paling sedikit delapan tempat
di sekitar kaki Gunung Ciremai yang terdapat peninggalan bercorak Megalitik,
Klasik, Hindu-Buddha, dan kolonial Belanda.
Ditaman
Purbakala Cipari ini ditemukan berbagai jenis peninggalan purbakala seperti
Artefak-artefak, yakni peti kubur batu, gelang batu, beliung persegi, kapak
perunggu, dan manik-manik ditemukan pada beberapa kali penggalian. Berdasar
temuan itulah situs ini diduga berasal dari masa perundagian (paleometalik atau
perunggu-besi) yang masih melanjutkan tradisi megalitik, sekitar tahun 1.000 –
500 SM. Saat itu masyarakat sudah mengenal cocok tanam dan organisasi yang
baik.
Untuk
menampung hasil penemuan dalam berbagai penggalian di kawasan tersebut
dibangunlah Situs Musium Taman Purbakala Cipari pada tanggal 23 Februari 1978.
Musium ini diresmikan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan pada saat itu,
yaitu Prof. Dr. Syarif Thayeb.
Gedung
Sejarah Perundingan Linggarjati
Gedung
Perundingan Linggarjati merupakan sebuah bangunan tua yang didirikan pada tahun
1930 oleh seorang kerkebangsaan Belanda bernama Van Oostdom yang awalnya hanya
berfungsi sebagai hotel atau tempat penginapan. Fungsi tersebut berlangsung
hingga masa kemerdekaan RI, dan gedung ini menjadi bagian dari sejarah
Kemerdekaan Republik Indonesia, karena pada tanggal 11 s/d 15 Nopember 1946,
gedung ini dipergunakan sebagai tempat perundingan antara pemerintah Indonesia
dengan Belanda.
Perundingan
tersebut dari pihak Belanda diwakili oleh dr. Van Boer sedangkan dari pihak
Indonesia diwakili oleh Pm. Sutan Syahrir dengan anggota a.l. Gani Susanto
Tirtodiprojo dan Mr. Mohamad Roem. Sebagai penengah perundingan tersebut adalah
dari Kerajaan Inggris yang diwakili oleh Lord Killearn. Dari perundingan
tersebut menghasilkan naskah perjanjian Linggarjati yang terdiri dari 17 pasal,
selanjutnya ditanda tangani secara sah oleh kedua negara pada tanggal 25 Maret
1947.
Secara
pribadi saya pernah berkunjung dan masuk ke dalam gedung perundingan tersebut
ketika saya masih sekolah di Madrasah Tsanawiyah. Di dalam gedung perundingan
tersebut hingga saat ini masih tertata dengan rapi miniatur-miniatur para tokoh
yang sedang melakukan perundingan di jamannya. Di taman yang ada di sekitar
gedung perundingan juga dibangun sebuah prasasti yang berisi tentang hasil dari
perundingan tersebut.
Itulah
sekilas tentang beberapa jenis kebudayaan asli dari daerah Kuningan Jawa Barat
sebagai tanah kelahiran saya. Meskipun saat ini saya sedang merantau, saya
sangat bangga dengan berbagai jenis budaya yang dimiliki oleh Kuningan pada
khususnya dan Indonesia pada umumnya.
referensi :
http://titiansabiluna.blogspot.com/2012/07/kebudayaan-asli-kuningan-awas-jangan.html
0 komentar:
Posting Komentar